Sunday, October 5, 2014

Detik-Detik Wafatnya Rasul

Hai kawan, selamat Hari Raya Idul Adha 1435 H. Kisah ini tersedia versi teks dan video. Semoga kisah ini memberi manfaat jika dibaca dengan sungguh dan diresapi, insya allah


versi teks

Pagi itu, meski langit mulai menguning, burung-burung gurun enggan mengepakkan sayap. Pagi itu, Rasulullah dengan suara terbata memberikan petuah, 

“Wahai umatku, kita semua ada dalam kekuasaan Allah dan cinta kasih-Nya. Kuwariskan dua hal pada kalian, Al Quran dan Sunnah. Barang siapa mencintai sunahku, berarti mencintai aku dan kelek orang-orang yang mencintaiku, akan bersama-sama masuk surga bersama ku.” Kutbah singkat itu diakhiri dengan pandangan mata Rasulullah yang teduh menatap sahabatnya satu persatu. 

Abu bakar menatap mata itu dengan berkaca-kaca, Umar dadanya naik turun menahan napas dan tangisnya. Usman menghela napas panjang dan Ali menundukkan kepalanya dalam-dalam. Isyarat itu telah datang, saatnya sudah tiba “Rasulullah akan meninggalkan kita semua,” desah hati semua sahabat kala itu. 

Baginda tercinta itu, hampir usai menunaikan tugasnya di dunia. Tanda-tanda itu semakin kuat, tatkala Ali dan Fadhal dengan sigap menangkap Rasulullah yang limbung saat turun dari mimbar. Saat itu, seluruh sahabat yang hadir di sana pasti akan menahan detik-detik berlalu, kalau bisa.

Matahari kian tinggi, tapi pintu Rasulullah masih tertutup. Sedang di dalamnya, Rasulullah sedang terbaring lemah dengan keningnya yang berkeringat dan membasahi pelepah kurma yang menjadi alas tidurnya.

Tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang yang berseru mengucapkan salam, “Bolehkah saya masuk ?” tanyanya

Tapi Fatimah tidak mengijinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu. 

Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah. “Siapakah itu wahai anakku ?”

“Tak tahulah aku ayah, sepertinya ia baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.

Lalu Rasullullah menatap putrinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Satu-satu bagian wajahnya seolah hendak di kenang, “ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah Malakul Maut,” kata Rasulullah.

Fatimah pun menahan ledakkan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut menyertai. Kemudian dipanggillah jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini.

“Wahai jibril, jelaskan apa hakku nanti dihadapan Allah ?” Tanya Rasulullah ddengan suara yang amat lemah.

"Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu.Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu,” kata jibril.

Tapi itu ternyata tak mebuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar kabar ini ?” tanya Jibril lagi.

“kabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak ?”

“Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku. Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril

Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas, perlahan ruh Rasulullah ditarik, tampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. 

“Wahai Jibril, betapa sakit sakaratul maut ini.” Lirih Rasulullah mengaduh

Fatimah terpejam, Ali yang disampingya menunduk semakin dalam dan Jibril membuang muka.

“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu wahai Jibril ?” Tanya Rasulullah pada Jibril.

“Siapakah yang tega, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril

Sebentar kemudian terdengar Rasulullah memekik, karena sakit yang tak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku.”

Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tak bergerak lagi. Bibirnya bergetar seakan hendak membisikan sesuatu, Ali segea mendekatkan telinganya.

“Uushiikum bis shalati, wa maa malakat aimanuku” (Peliharalah shalat dan santuni orang-orang lemah di antaramu)

Di luar pintu, tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan.

“Ummatii, ummatii, ummatii” (umatku, umatku, umatku)

Dan selesailah tugas Rasulullah di dunia ini.


versi video





Sekian dan terima kasih, semoga bermanfaat.

Detik-Detik Wafatnya Rasul Rating: 5 Diposkan Oleh: Unknown

0 comments:

Post a Comment

Popular Posts

Popular Weekly